Jika mendengar kata resesi, sebagian besar dari kita terutama pelaku bisnis pasti memiliki mindset yang negatif.
Secara harfiah, resisi berarti kemerosotan. Dalam kacamata ekonomi makro resesi terjadi akibat produk domestik bruto atau penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang meluas dan lama.
Efek resesi sudah mulai terasa. Ini bisa dilihat pada awal 2022, terutama saat Covid-19 di Indonesia. Terjadi fenomena startup yang melakukan efisiensi sehingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.
Sejumlah startup Indonesia ini menghadapi permasalahan yang dikenal sebagai fenomena bubble burst yakni fenomena bisnis yang cepat mengalami kenaikan tetapi cepat juga mengalami penurunan.
Fenomena pecahnya gelembung tersebut karena saat ini perusahaan startup sulit mendapatkan pendanaan serta tidak punya aset. Padahal, untuk mendapatkan konsumen kebanyakan dari startup harus melakukan strategi bakar uang.
Melihat fenomena ini, muncul pertanyaan. Bagaimana sebenarnya situasi usaha atau bisnis saat ini dan menghadapi resesi?
Menurut Husni Farid Abdat selaku Founder Hibra (Legal Business Consulting), pelaku usaha harus siap mental dan memperkokoh fondasi bisnis yakni fundamentalnya.
Salah satu yang perlu menjadi perhatian pelaku usaha ialah aspek hukum (legal). Pelaku usaha, imbuh Husni, perlu mengamankan bisnis dengan baik dan benar, yakni dengan memperhatikan aspek legalnya, berikut daftarnya:
· Memiliki Nama dan Merek Dagang Secara Legal
Setiap startup tentu punya nama yang akan digunakan sebagai merek dagang dan ide yang akan diterapkan dalam bisnis mereka. Nah, kalau memang merek dagang dan ide tersebut unik dan original serta belum ada kompetitor yang menggunakan, sebaiknya segera merek tersebut didaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)-nya.
· Membuat Badan Hukum Perseroan Terbatas (PT) dan Perizinan Usaha
Penting untuk pendiri startup yang punya mimpi buat mengembangkan usahanya menjadi besar. Soalnya, kebanyakan startup butuh dana investor untuk mejadi semakin besar, sehingga disarankan membuat badan hukum perseroan terbatas (PT) dan perizinan usaha.
· Upayakan Luncurkan Produk untuk Menumbuhkan Pelanggan Secara Organik
Untuk startup yang baru merintis disarankan punya produk yang bisa diluncurkan ke pasar tanpa bantuan dari perusahaan lain (yang mengontrol waktu peluncuran).
Selain itu, penting untuk mendorong pertumbuhan pelanggan secara organik sehingga tidak bergantung pada mitra untuk mempercepat ekspansi.
· Cari Mitra untuk Mempercepat Ekspansi
Jika ingin mencari mitra, coba bekerja sama dengan perusahaan yang lebih kecil terlebih dahulu dan buat prototipe bersama mereka.
“Perusahaan kecil cenderung lebih mudah untuk bekerja sama dalam berbagai hal, mulai dari pembuatan Non-Disclosure Agreement (NDA), kontrak, integrasi produk, hingga pemasaran,” jelas Husni dalam keterangan tertulis, Senin (14/11).
Khusus cara mempercepat ekspansi, para pemilik startup harus jeli terhadap waktu bermitra.Bila berencana tidak akan bermitra dalam waktu lama dengan perusahaan, perhatikan isi dari perjanjian kerja sama.
Jangan sampai ada kesepakatan yang nanti bisa memaksa untuk bekerja terlalu lama dengan mereka. Jangan juga terburu-buru menawarkan kerja sama dengan perusahaan besar.
Sebab, tidak mudah membangun kerja sama dengan perusahaan besar karena membutuhkan sumber daya yang intensif. Jenis kerja sama ini mungkin bisa membantu startup tumbuh secara pesat.
Sebaliknya, bagi perusahaan besar, bisa jadi tidak terdapat pengaruh signifikan dari kemitraan ini sehingga mereka tidak termotivasi.
Add a Comment